jalan menuju keberhasilan

Selasa, 07 Agustus 2012

IBU HAMIL DENGAN AIDS

A. Pengertian
Aids berasal dari kata : acquired yang artinya didapat atau bukan penyakit penyakit keturunan, immune berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency atau kekurangan dan syndrome yang berarti kumpulan gejala-gejala penyakit jadi, dari kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut Human immuno deficiency Virus (HIV).

Karena HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, maka mudah tidaknya seseorang terkena penyakit ini sangat bergantung kepada kondisi immune dari orang yang bersangkutan. Jika sistem kekebalan tubuh rusak, tubuh menjadi rentan terhadap infeksi, akan tetapi sebaliknya orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik dapat menangkal penyakit aids.
Penyakit AIDS kadang kala disebut sebagai ”infeksi oportunistik” (Ricarhson, 2002), karena penyakit ini menyerang dengan cara memanfaatkan kesempatan ketika kekebalan tubuh menurun.

B. Klasifikasi
( CDCP ) mengklasifikasikan infeksi HIV dengan mengkombinasikan kondisi klinis yang ditimbulkan oleh HIV yaitu sebagai berikut :
a. Kategori klinis A
Mencakup satu atau keadaan lebih ini pada usia dewasa atau remaja. Individu dengan kategori klinis ini adalah HIV positif . Penderita mungkin tanpa gejala, tapi dengan limpadenopati generalisata yang persisten ataupun infeksi HIV yang akut.
b. Kategori klinis B
Penderita dikategorikan ke dalam tipe ini adalah yang mengalami satu atau lebih diantara keadaan klinis yang timbul karena infeksi HIV ataupun indikasi penurunan sel immunitas medial serta merupakan komplikasi dari infeksi HIV. Keadaan klinis tersebut seperti : endokarditis bakterial, meningitis, pneumonia, sepsis, vulvovaginal candidiasis persisten, orophayrngeal candidiasis (trush), carcinoma, gejala konstitusional seperti demam, diare selama satu bulan atau lebih.
c. Kategori klinisC
Seseorang diklasifikasikan dalam tipe C bila mengalami satu dari tanda dan gejala atau penyakit berikut: kandidiasis broncial, trakeal, pulmonal dan esofageal; kanker serviks invasif, herfes simpelk, imunoblastik limfoma kanker otak.

C. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai nama Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus jenis ini dimasukkan ke dalam famili retrovirus (Innatavicius dan Workman, 2006) dan ditularkan oleh darah serta mempunyai avinitas yang kuat terhadap limfosit T. Retrovirus terdiri dari unit tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel dan ditranskripsikan ke dalam DNA. Proses transkripsi ini berlangsung melalui kerja suatu enzim spesifik yang disebut reverse trancriptase yang dibawa oleh virus ke dalam sel. Setelah menjadi bagian dari DNA, virus bereplikasi dan bermutasi selama beberapa tahun dan secara perlahan tetapi tetap menghancurkan sistem imun.

D. Faktor Resiko
Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut :
1. Janin dengan ibu yang terjangkit HIV
2. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
3. Pekerja seks komersial
4. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin

E. Manifestasi Klinik
Pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Manifestasi kliniknya antara lain:berat badan lahir rendah,gangguan tumbuh kembang,sinusitis, ispa, parotitis.
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena syarafnya y6ang manifestasikan klinisnya sebagai enselopati progresif, perkembangan yang terhambat atau hilangnya perkembangan motoris.
Dicurigai AIDS pada anak,dua gejala mayor dan dua gejala minor, dan tidak terdapat sebab-sebab imunosupresi yang laqin seperti : kanker, malnutrisi yang berat.
1. Gejala mayor yang biasanya terjadi pada anak penderita AIDS antara lain :
o penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lambat dan abnormal
o diare kronok lebih dari satu bulan
o demam lebih dari satu bulan
2. Gejala minor meliputi :
o batuk persisten
o infeksi HIV pada ibunya
o kandidiasis orofaring
o limfadenopati generalisata
o dermatitis generalisata

F. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang keorang lain melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah, semen, cairan vagina ,plasenta,cairan amnion dan air susu. Urin dan isi saluran cerna tidak dianggap sebagai sumber penularan kecuali apabila jelas tampak mengandung darah. Air mata, air liur, dan keringat mungkin mengandung virus, tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu rendah untuk menimbulkan infeksi (corwin ,2001). Cara transmisinya melalui hubungan seks, jarum suntik, transfuse darah,dan dari ibu hamil pada janin.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Test serologis
b. Pemeriksaan histologis, sitologis urin, darah, feces, cairan spina, luka, sputum dan sekresi.
c. Tes neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
2. Test antibodi
a. Test ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Western blot asay / indirect fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan seroposifitas HIV.
c. Indirect immunoflourresence, sebagai pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seroposifitas.
d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.

H. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel immun) adalah sel-sel yang terinfeksi HIV dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa, dan sumsum tulang . HIV menginfeksi sel melalui pengikatan dengan protein perifer cd4 dengan bagian virus yang berantigen group 120.
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon immun, maka HIV akan menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon immun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system immun seluler makin lemah secara progresif. Ini diikuti dengan berkurangnya fungsi sel B dan makrofag serta menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel / ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 / ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi muncul, jumlah T4 kemudian menurun. Akibat timbulnya penyakit baru, akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya, terjadi infeksi yang parah. Seseorang yang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh di bawah 200 sel / ml darah, atau apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker, atau dimensia AIDS.

I. Komplikasi
1. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, penurunan berat badan, nutrisi, dehidrasi, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Enselopathi akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemi, ketidakseimbangan elektrolit.
b. Infark serebral kornea sifilis meningo vaskuler, hipotensi sistemik dan maranik endocarditis.
c. Neuropati karena inflamasi dimielinasi oleh serangan HIV.
3. Gastrointestinal
a. Diare, karena bakteri dan virus.
b. Hepatitis, karena bakteri dan virus.
c. Penyakit anorektal, karena abses dan vistula.
4. Respirasi, infeksi karena pneumocystik, cytomegalovirus, virus influenza.
5. Dermatologik, karena virus.
6. Sensorik, berefek pada kebutaan, otitis media akut.

J. Pencegahan
1. Penyuluhan kesehatan di sekolah tentang cara menghindari resiko terjadinya infeksi HIV.
2. Menyediakan fasilitas konseling dan testing HIV.Melakukan pemeriksaan tes HIV pada wanita hamil sejak dini untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.
3. Darah yang digunakan untuk donor sebaiknya dilakukan uji antibody HIV.
4. Sikap hati-hati terhadap penanganan, pemakaian, dan pembuangan jarum suntik, dan alat-alat kesehatan yang bersifat tajam serta bersifat disposable.
5. Merekomendasikan pemberian immunisasi bagi anak-anak yang terinfeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin EPI (Expended Programme on Immunization).

K. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV denngan menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas system immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus padan proses nya.obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis, membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
7. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imunne. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.


ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien.
2. Riwayat penyakit dahulu dan sekarang.
3. Pemerikasaan fisik (objektif ) dan keluhan (subjektif) : aktivitas dan istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan atau cairan, hygiene, neurosensori, nyeri atau kenyamanan, seksualitas, interaksi soaial, penyuluhan atau pembelajaran.
4. Pemeriksaan diagnostik : LAB, anti body, pelacakan HIV.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan pencernaan.
2. Diare berhubungan dengan proses penyakit.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
5. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit.
6. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan pertumbuhan fisik.

C. Intervensi Keperawatan
Dx I
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
- Anjurkan pasien unutk meningkatkan Fe, protein, dan vitamin C.
- Monitor adanya penurunan berat badan.
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
- Monitor mual dan muntah.
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
- Monitor makanan kesukaan anak.

Dx II
Kriteria hasil :
- Feses berbentuk dan BAB sehari sekali sampai tiga kali.
- Area rectal dan sekitarnya tidak iritasi.
- Pasien tidak mengalami diare.
- Turgor kulit normal.
Intervensi :
- Instruksikan orang tua ataupun anak untuk mencatat warna, jumlah frekuensi, dan konsisitensi dari feses.
- Evaluasi intake makanan yang masuk.
- Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal.
- Identifikasi faktor penyebab diare.
- Monitor tanda dan gejala diare.
- Ukur diare atau keluaran BAB.
- Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus.
- Instruksikan orang tua dan anak untuk makan rendah serat, tinggi protein, dan tinggi kalori jika memungkinkan.

Dx III
Kriteria hasil :
- Vital sign berada pada keadaan normal.
- Anak tidak mengalami diare.
Intervensi :
- Monitor vital sign.
- Pertahankan cairan intake dan output yang adekuat.
- Monitor status nutrisi.
- Berikan cairan IV.
- Monitor pemasukan cairan dan makanan dan hitung intake kalori cairan.

Dx IV
Kriteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri dan mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, serta mencari bantuan bila nyeri datang).
Intervensi:
- Kaji nyeri, meliputi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor penyebab nyeri.
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan pasien.
- Gunakan komunikasi terapeutik untuk menanyakan pengalaman nyeri pasien.
- Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik.
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik.
- Ajarkan anak dan orang tua teknik nonfarmakologik untuk mengurangi nyeri.

Dx V
Kriteria hasil :
- Memverbalisasikan peningkatan energi dan merasa lebih baik.
- Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan.
Intervensi :
- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas.
- Dorong anak untuk mengucapkan perasaan terhadap keterbatasan.
- Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
- Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
- Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas.
- Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.

Dx VI
Kriteria hasil :
- Keterampilan motorik, sosial, dan ekspresi anak menunjukkan normal.
Intervensi :
- Bangun hubungan kepercayaan dengan anak.
- Identifikasi keterampilan sosial anak yang dapat dilatih.
- Dukung anak untuk memverbalisasikan perasaan, persepsinya tentang sesuatu.
- Fasilitasi integrasi anak dengan teman sebayanya.



DAFTAR PUSTAKA
- Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas indonesia. 1993.
- Fahmi S, indriatmi W, zubier F, judarnarso j, editor. Penyakit menular seksual. Jakarta: Balai penerbit Fakultas kedokteran Universitas indonesia. 1997.
- Budimulja. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Dalam: Djuanda, A,;dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, edisi kedua. Jakarta: Fakiltas kedokteran Universitas indonesia. 1987: 354-356.
- Acquired immune Deficiency syndrome (AIDS), http: / WWW. drkoop.Com / conditions / AIDS / page _25_136 . asp.Diakses 16 februari 2000.
- Stewart G, editor , could it be HIV? The clinical recognition of HIV infection, 2nd edition . Australia. Ausrtralian medical publishing Company. 1994.
- Merati Tp, Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) . DALAM: Noer HMS, Waspadji S, Rachman AM, etal, editor, Buku Ajar ilmu penyakit dalam.jilid 1. Edisi ketiga.jakarta : Fakultas kedokteran Universitas

Related Post:

Komentar :

ada 2 komentar ke “IBU HAMIL DENGAN AIDS”
kohar mengatakan...
pada hari 

makasih sob kunjungan.... smoga kunjungannya berlanjut..

himz_uchiha mengatakan...
pada hari 

siiip..mas mhon bimbingannya jga..
soalnya sya bru pemula di blog..

Posting Komentar

Designed by Berita Update - Belajar SEO dan Blog | Copyright of ARTIKEL KESEHATAN.
 
Copyright © 2012 ARTIKEL KESEHATAN | Design by Christian Tatelu | Download this template here!